Bacaan Alkitab setahun: Mazmur 85; Lukas 6; Yeremia 18-20
Petrus dan rekan-rekannya adalah para nelayan. Mereka bukan nelayan kemarin sore. Tangan mereka yang berotot telah dilatih ombak dan badai yang kadang menyerang danau Galilea. Mata dan perasaan mereka terlatih untuk mengerti di mana ikan berada dan bagaimana mereka menangkapnya.
Lalu suatu hari, seorang asing datang dan meminjam perahunya. Bukan untuk menangkap ikan, melainkan menggunakan perahunya untuk berkhotbah, untuk memberitakan kabar baik. Dan lebih aneh lagi, orang asing ini, yang jelas-jelas bukan seorang nelayan, menyuruhnya untuk menebarkan jalanya. Sesuatu yang dia tahu, tidak mungkin, karena sudah semalaman dia mencoba melakukan itu tanpa hasil. Seperti bercanda saja!
Seringkali kita juga begitu. Kita mengijinkan Tuhan untuk melakukan urusan-urusan "rohani", tapi soal strategi keuangan? Soal proses re-engineering? Soal corporate leadership? Apa urusannya dengan Tuhan? Mungkin bahasa "kasar"nya seperti itu. Kita enggan untuk melibatkan Tuhan dalam urusan keseharian kita. Mungkin juga di alam bawah sadar, kita sepertinya ragu apakah Tuhan mau terlibat dalam urusan di kantor. Atau mungkin juga kita berpikir, yang beginian kita bisa tangani sendiri, tak perlu memanggil Tuhan segala.
Tetapi Petrus mengambil langkah imannya karena dia tahu Tuhan adalah Tuhan. Dia menebarkan jalanya ke tempat yang dalam dan dia melihat bahwa Tuhan berkarya dalam segala hal di hidupnya.
Our business is God's business too.